Jakarta - Aktivitas olahraga yang bisa menimbulkan badan sehat dan bugar terkadang justru mendatangkan kematian 'mendadak' akibat berhentinya kerja jantung. Mengapa ?
Melakukan gerakan badan secara teratur banyak disarankan untuk mengurangi penyakit kadiovaskular. Namun tidak sedikit orang yang justru terkena serangan jantung usai olahraga, atau bahkan sedang melakukan olahraga.
Sebelumnya, aktor sekaligus politisi Partai Demokrat Adjie Massaid dan seniman kawakan Benyamin Sueb meninggal usai bermain sepak bola. Terakhir, pemain sepak bola Liga Serie-B Piermario Morosini yang terkena serangan jantung saat berada di lapangan dan meninggal dunia dalam perjalanan ke rumah sakit.
Tidak hanya itu, berita meninggalnya Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Widjajono Partowidagdo saat tengah melakukan pendakian Gunung Tambora, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NYB) menambah deretan panjang korban kematian 'mendadak' akibat seragan jantung karena olahraga.
Semua jenis olahraga baik itu sepakbola, tenis, sampai pendakian gunung sekalipun, menurut Dokter Spesialis Olahraga Rumah Sakit Premier Bintaro, dr Hario Tilarso SpKO,FACSM boleh dilakukan asal semua kondisi kesehatan tubuhnya dalam batas normal.
"Dengan kata lain tidak ada penyakit kronik yang diderita. Semua dalam keadaan ok,orang boleh melakukan olahraga apapun," kata dr Hario saat dihubungi INILAH.COM, Minggu (22/4).
Hario menjelaskan, sering kita mendengar banyak atlet, politisi,dan artis yang meninggal akibat serangan jantung 'mendadak' atau sudden cardiac arrest (SCA)), hal ini karena adanya kelainan Cardiomyopathy.
"Cardiomyopathy (Kardiomiopati) merupakan kelainan karena adanya kerusakan atau gangguan otot jantung sehingga menyebabkan dinding-dinding jantung tidak bergerak sempurna dalam menyedot dan memompa darah. dan penderitanya seringkali berisiko terkena arritmia dan gagal jantung mendadak,"jelas dr Hario.
Menurutnya, kelainan Kardiomiopati memang cenderung tanpa gejala. Namun jika kelainan tersebut sudah parah,nyawa taruhannya dan bisa menyebabkan kematian. Sehingga cukup mungkin kejadian ini terjadi pada orang muda sekalipun pada atlit-atlit di lapangan.
Dr Hario menambahkan, sebenarnya SCA ini dapat ditanggulangi dengan baik, asalkan dilakukan resusitasi jantung paru (RJP/CPR) dengan cepat untuk mengembalikan denyut jantung kembali berirama dengan baik, dan bila perlu dilakukan kejut jantung (defibrilator) bila peralatan pada tiap fasilitas olahraga memadai.
Untuk itu di setiap fasilitas olahraga diperlukan sekali personel yang mengetahui dengan pasti teknik RJP karena kejadian ini bisa menimpa siapa saja baik muda atau tua sebagai akibat langsung olahraga.
Nah, bagi Anda yang menggemari olahraga, ada baiknya melakukan pemeriksaan skrining khusus untuk mengetahui adanya kemungkinan kelainan jantung yang bisa berpotensi menyebabkan SCA dengan berkonsultasi kepada dokter.
Selain itu juga Anda patut waspada terhadap sejumlah gejala yang mungkin pernah Anda alami langsung seperti rasa berat dan sakit pada dada, sesak napas, dan kemungkinan tekanan darah yang terlalu tinggi, serta gangguan irama jantung, juga riwayat penyakit jantung pada keluarga. [mor]
inilah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar