Banyak orangtua melarang anaknya bermain saat menghadapi ujian. Padahal kegiatan ini sangat menyenangkan bagi anak-anak. Bahkan dari bermain anak bisa jadi juara karena kegiatan ini.
Menurut Psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (LPT UI), Mira D. Amir, anak bisa menjadi juara karena berawal dari bermain dan menjadi juara dibutuhkan keterampilan, yaitu soft skill (akademis, seni budaya) dan hard skill (olahraga).
"Seorang juara yaitu orang yang telah teruji secara fisik, mental, dan/atau spiritual yang terbaik di bidangnya. Bermain merupakan "bahasa" yang paling dipahami anak-anak, didalamnya terdapat aktivitas yang melibatkan fisik, mental, dan spiritual, termasuk kegiatan olahraga yang prinsipnya bermain," ujar Mira, Kamis (21/6/2012), di Jakarta.
Mira menyatakan jika anak gemar berolahraga dukung mereka untuk menjadi yang terbaik. Lalu bagaimana jika anak ingin main terus-terusan?
Menurut pengalaman Mira, jika anak kita suka berolahraga, tetapi mengeluh kalau latihan olahraganya berkurang, dikarenakan lapangan di sekolah ditutup, dengan alasan mendekati ujian sekolah atau harus belajar oleh orangtuanya, lalu semua kegiatan olahraga ditiadakan, anak akan menjadi malas.
"Ketika anak-anak dibiarkan tetap olahraga, ternyata dia bersemangat belajar. Asal dikomunikasikan porsi bermain atau olahraga dan belajar," tambah Mira.
Dan ternyata, bermain memiliki efek psikologi. Dengan bermain, pertama pertumbuhan anak dirangsang melalui kegiatan yang melibatkan fisik, intelektual, emosional, sosial yang berguna untuk kehidupan mereka selanjutnya. Kedua, meningkatkan daya serap dan kemampuan belajar.
Ketiga, menumbuhkan kemampuan emosi-sosial saat berinteraksi kelompok, dan keempat, menumbuhkan kemampuan memecahkan masalah secara individu atau kelompok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar