Jakarta, Beberapa orang bisa bertahan tidak pipis selama tidur, sementara yang lainnya tak bisa menahan dorongan untuk pipis. Kini peneliti sudah bisa menguak sedikit misteri ini.
Penelitian baru menunjukkan kondisi ini berhubungan dengan protein tertentu yang berfungsi mengatur kapasitas kandung kemih untuk menahan buang air kecil sebelum perlu untuk dikeluarkan atau dikosongkan.
"Dalam kondisi tertentu mungkin ada kekacauan ritme sirkadian sehingga jumlah protein yang diproduksi salah, protein ini disebut dengan connexin43," ujar Andrea Meredith dari University of Maryland, seperti dikutip dari LiveScience, Senin (14/5/2012).
Peneliti berharap dengan menemukan protein connexin43 ini bisa menghasilkan terapi baru agar produksi proteinnya tepat sehingga dapat membantu anak-anak atau orang dewasa yang sering terbangun di malam hari untuk buang air kecil.
Dalam studi sebelumnya telah ditunjukkan jumlah connexin43 yang meningkat akan menurunkan fungsi dari kapasitas kandung kemih, yaitu hanya dibutuhkan lebih sedikit cairan untuk memunculkan dorongan buang air kecil.
Secara keseluruhan hasil studi menemukan jumlah connexin43 berubah menurut jam biologis seseorang. Jika jumlah protein ini salah atau jam biologis tidak aktif maka ada kemungkinan seseorang akan lebih sering terbangun di malam hari akibat dorongan ingin pipis.
"Penelitian ini menjelaskan mengapa orang sehat tidak buang air kecil saat tidur, jika dilihat dari sudut pandang fungsi kandung kemih," ujar rekan penulis dan ahli urologi Dr Akihiro Kanematsu dari Hyogo College of Medicine di Japan.
Namun baik Dr Kanematsu maupun Meredith menuturkan beberapa kondisi seperti stres bisa mengganggu jam biologis tubuh serta produksi protein yang dapat mempengaruhi kapasitas dari kandung kemih.
"Dengan begini penangannya bisa dengan memperbaiki ritme sirkadian tubuh atau menemukan target terapi misalnya untuk protein connexin43 di kandung kemih," ujar Dr Kanematsu.
(ver/ir)
Penelitian baru menunjukkan kondisi ini berhubungan dengan protein tertentu yang berfungsi mengatur kapasitas kandung kemih untuk menahan buang air kecil sebelum perlu untuk dikeluarkan atau dikosongkan.
"Dalam kondisi tertentu mungkin ada kekacauan ritme sirkadian sehingga jumlah protein yang diproduksi salah, protein ini disebut dengan connexin43," ujar Andrea Meredith dari University of Maryland, seperti dikutip dari LiveScience, Senin (14/5/2012).
Peneliti berharap dengan menemukan protein connexin43 ini bisa menghasilkan terapi baru agar produksi proteinnya tepat sehingga dapat membantu anak-anak atau orang dewasa yang sering terbangun di malam hari untuk buang air kecil.
Dalam studi sebelumnya telah ditunjukkan jumlah connexin43 yang meningkat akan menurunkan fungsi dari kapasitas kandung kemih, yaitu hanya dibutuhkan lebih sedikit cairan untuk memunculkan dorongan buang air kecil.
Secara keseluruhan hasil studi menemukan jumlah connexin43 berubah menurut jam biologis seseorang. Jika jumlah protein ini salah atau jam biologis tidak aktif maka ada kemungkinan seseorang akan lebih sering terbangun di malam hari akibat dorongan ingin pipis.
"Penelitian ini menjelaskan mengapa orang sehat tidak buang air kecil saat tidur, jika dilihat dari sudut pandang fungsi kandung kemih," ujar rekan penulis dan ahli urologi Dr Akihiro Kanematsu dari Hyogo College of Medicine di Japan.
Namun baik Dr Kanematsu maupun Meredith menuturkan beberapa kondisi seperti stres bisa mengganggu jam biologis tubuh serta produksi protein yang dapat mempengaruhi kapasitas dari kandung kemih.
"Dengan begini penangannya bisa dengan memperbaiki ritme sirkadian tubuh atau menemukan target terapi misalnya untuk protein connexin43 di kandung kemih," ujar Dr Kanematsu.
(ver/ir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar